Generasi Milenial Sulit Diterima Kerja? Bukan Skill Penyebabnya

0
1600

Contents

Kenapa generasi milenial sulit diterima kerja? Secara kasat mata, seharusnya mereka lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Setidaknya jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Sekarang ini, mereka mendapatkan keuntungan dengan mudahnya mengakses informasi berkat adanya internet. Tidak seperti generasi sebelumnya. Untuk mendapatkan ilmu, mereka harus keluar modal tidak sedikit. Entah itu membeli buku, ikut seminar mahal, atau harus sekolah dengan biaya yang tidak sedikit.

Sekarang ini, generasi milenial bisa mengasah ilmu, bahkan tanpa harus keluar uang banyak. Di internet, hampir semua ilmu bisa diakses dan bisa dipelajari.

Lalu, mengapa mereka sulit diterima kerja?

Kalau dilihat dari ilmu atau skill, bukan itu faktor penyebabnya. Masalah skill dan ilmu, tentu mereka tidak punya masalah mengenai hal tersebut. Lalu, apa faktor penyebabnya?

Faktor Penyebab Generasi Milenial Sulit Dapat Kerja

Tentu setiap orang memiliki masalah tersendiri mengapa mereka sulit diterima kerja. Namun, setidaknya 5 hal ini yang menyebabkan generasi milenial sulit mendapatkan kerja.

#Gagal Meyakinkan

Apa yang dibutuhkan oleh pencari kerja saat ini? Apakah lulusan universitas terkenal? Apakah lulusan terbaik universitas terkenal? Ternyata bukan.

Mereka tahu persis bagaimana skill dan ilmu yang didapatkan lulusan universitas. Dan jika itu patokannya, ada ratusan atau bahkan ribuan lainnya.

Yang mereka cari adalah calon pekerja yang punya kepercayaan diri dan optimisme yang tinggi. Maka dari itu, ketika wawancara kerja, seorang generasi milenial harus mampu meyakinkan perekrut tenaga kerja. Meyakinkan mereka bahwa ia adalah orang yang optimis dan bisa dipercaya untuk bekerja sebagai tim di perusahaan tersebut.

Sayangnya, banyak yang gagal meyakinkan pihak perusahaan. Kebanyakan, saat wawancara, sarjana lebih menonjolkan apa yang mereka sudah pelajari di universitas.

#Mengandalkan Title

Sudah tidak zamannya lagi mengandalkan title. Apalagi mengandalkan universitas. Dulu, hal tersebut memang berpengaruh. Title dan juga universitas di mana mereka belajar sangat menentukan apakah perusahaan bakal menerima jadi pegawai atau tidak.

Sekarang tidak. Zaman sudah berubah. Bukan title yang penting. Jadi, mereka yang masih mengandalkan title saja bakal sulit diterima kerja.

#Pekerjaan Tidak Sesuai dengan Karakter

Ada serangkaian tes yang dijalani oleh calon pekerja. Salah satunya adalah tes psikologi. Ini yang banyak orang tidak pahami. Mereka merasa sudah hebat dalam bidang tertentu. Namun, menurut psikolog yang memberikan tes, ternyata mereka tidak cocok di posisi yang sedang lowong.

#Resign dengan Alasan yang Kurang Tepat

Banyak generasi milenial yang sering pindah kerja. Resign setelah bekerja selama 1 tahun di satu perusahaan bukan hal yang aneh. Itu hal yang sangat wajar.

Tentu bisa dimaklumi jika mereka merasa ingin mengembangkan diri dengan cara mencari challenge yang lebih susah di perusahaan lain. Sayangnya, kebanyakan resign karena tidak betah. Dan alasan inilah yang kurang tepat. Alasan ini pula yang menyebabkan perusahaan lain pun bakal ogah-ogahan menerima mereka jadi pegawai.

#Permintaan Terlalu Banyak

Pernah dengan fresh graduate dari salah satu universitas yang meminta gaji tinggi? Ini bukan satu-satunya kasus yang terjadi saat ini. Banyak fresh graduate yang meminta hal yang lebih. Selain gaji tinggi, ada juga yang meminta tunjangan tinggi, tempat tinggal, dan bonus yang tidak masuk akal.

Setelah tahu faktor-faktor tersebut, wajar kan jika ada stigma di mana generasi milenial sulit diterima kerja?

Generasi Milenial Bukan Generasi Pekerja

Sebenarnya, anak-anak milenial itu bukan anak yang memiliki karakter pekerja. Memang tidak semuanya. Namun, kebanyakan dari mereka tidak mau menjadi pekerjaan.

Salah satu karakter generasi milenial adalah ingin bebas. Makanya, kalau pun ingin bekerja di sebuah kantor, biasanya mereka memilih kantor yang tidak begitu kaku. Mereka tidak harus pakai pakaian rapih. Mereka tidak harus datang di pagi pulang sore hari. Itulah mengapa perusahaan startup paling diburu para generasi milenial.

Sayangnya, tidak semua perusahaan mau menerima karkater generasi milenial seperti itu. Bagaimanapun juga, perusahaan punya target. Dan untuk memastikan target itu tercapai, semua pegawai harus menuruti semua peraturan. Dan inilah yang membuat sepertinya anak milenial tidak cocok jadi pekerja.

Cocoknya, mereka jadi pebisnis. Atau setidaknya mereka punya pekerjaan sendiri tanpa harus disuruh-suruh oleh orang lain.

Nah, pekerjaan apa yang sesuai dengan karakter anak-anak milenial? Berikut ini beberapa dari pekerjaan tersebut?

#Desain Grafis

Lihat saja apakah perusahaan punya karyawan yang ditugasi sebagai desain grafis? Memang ada. Tapi, jumlahnya tidak banyak. Hanya beberapa perusahaan yang mempekerjakan seorang desainer grafis. Itupun perusahaan tertentu yang memang membutuhkan konten grafis yang begitu banyak.

Padahal, lulusan desain grafis sangat diperlukan lho. Di era digital ini, hampir semua perusahaan melakukan campaign secara digital. Mau tidak mau, mereka butuh konten grafis.

Alih-alih mempekerjakan seorang desainer, banyak perusahaan yang memilih untuk hire freelancer. Dan benar sekali. Banyak anak milenial yang kerja dari rumah sebagai freelancer desain grafis.

Pendapatan mereka tidak sedikit. Karena mereka bisa saja meng handle project dari lebih dari satu perusahaan. Bayangkan saja jika ada kontrak dari 10 perusahaan yang berbeda.

#Digital Marketing

Marketing menjadi nyawa setiap usaha. Apapun jenis usaha, usaha tersebut mustahil bertahan dan berkembang jika gagal dalam hal marketing.

Itulah mengapa ilmu marketing selalu berkembang. Saat ini, marketing bisa dilakukan siapa saja. Dengan media online, marketing bisa dijalankan.

Perusahaan mengerti marketing tidak harus berada di kantor. Karena tugas mereka bukan lagi duduk di kantor. Atau keluar kantor dan bertemu dengan potensial customer. Mereka bisa menemukan potential customer melalui online.

Makanya, perusahaan memotong jumlah marketing di perusahaan. Mereka lebih memilih merekrut digital marketing yang dijalankan anak-anak milenial dari rumah. Dari sisi perusahaan, ini menguntungkan. Karena mereka tidak harus menggaji dan memberikan tunjangan. Di sisi anak milenial yang menjadi digital marketer, mereka lebih leluasa kerja di rumah. Dan mereka bisa jadi marketer dari berbagai perusahaan.

#EO atau Event Organizer

Milenial suka dengan acara hiburan. Makanya, jangan kaget jika sering ada acara hiburan bahkan di kota-kota kecil.

Hal ini pula yang membuat adanya peluang untuk menggarap bisnis EO atau Event Organizer. Pekerjaan sebagai EO itu menyenangkan. Bekerja siang malam untuk mensukseskan satu acara. Namun, keuntungannya bisa membuat mereka berlibur hingga berhari-hari. Dan ini yang disukai oleh anak milenial. Bekerja sehari. Keuntungan yang didapatkan bisa digunakan berhari-hari.

Di hari mendatang, akan semakin banyak bermunculan jenis pekerjaan bagi anak milenial. Entah pekerjaan tersebut. Karena kebutuhan yang berbeda, ini memungkinkan jenis pekerjaan baru dan berbeda muncul.

Maka, seharusnya anka milenial tidak lagi khawatir dengan fenomena sulit diterima kerja. Mereka tidak harus menjadi pekerja. Gen mereka itu menjadi pencipta pekerjaan. Mereka bisa berkarya sendiri.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here